الجُمْلَة الفِعْلِيّة وَالجُمْلَة الِاسْمِيّة
الجُمْلَة الفِعْلِيّة
وَالجُمْلَة الِاسْمِيّة
Dalam Bahasa Arab
kata kalimat disebut dengan Jumlah ( الجملة
) atau kita artikan saja Bahasa Arabnya Kalimat adalah Jumlah (الجملة). Kalimat atau jumlah dalam Bahasa Arab
ada 2 jenis yaitu Jumlah Ismiyah dan Fi’liyah, mari kita belajar Bahasa
Arab yang kalimatnya dapat diawali dengan kata kerja.
Apa itu Jumlah Ismiyah
Dari
pembahasan Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah ini, pertama kita akan
bahas Jumlah Ismiyah yang maksudnya adalah kalimat yang diawali dengan isim ( اسم), Isim yaitu kata benda, kalimat yang
diawali dengan kata benda dan tersusun atas mubtada’ dan Khobar.
Mubtada’ adalah kata
yang dijelaskan, atau disebut dengan subyek. Karena mubtada’ itu subyek maka
memiliki 2 sifat yaitu harus berupa ma’rifat atau kata yang jelas, spesifik,
khusus contohnya adalah nama orang, nama benda atau isim yang berawalan alif dan
lam. Yang kedua, tanda I’robnya Rofa’ yaitu ditandai dengan dhammah, wawu, alif
dan nun.
Khabar adalah kata yang
menerangkan Mubtada’, biasa disebut dengan Predikat. Adapun sifat yang
diperlukan yaitu harus nakiroh atau kata umum yang menjelaskan atau menerangkan
mubtada’ dan tanda I’robnya pun rofa’.
Ciri-Ciri Jumlah Ismiyah
Berikut
ini adalah ciri-ciri Jumlah Ismiyah dalam Bahasa Arab.
- Susunan kalimat berawalan dengan
isim ( اسم ) yang artinya
Kata benda yang berfungsi sebagai subyek atau mubtada’, contohnya nama
orang, benda mati, bangunan, hewan. Susunan kalimat tidak bisa dikatakan
Jumlah Ismiyah apabila awal kata menggunakan fi’il ( فعل ) yang artinya Kata kerja.
- Terdiri dari Mubtada’ dan Khobar,
seperti yang dijelaskan di atas Jumlah ismiyah harus bermubtada’ dan
Khobar.
- Mubtada’ dan Khobar harus sifatnya sama
dan bilangannya sesuai seperti contoh mubtada’ mudzakar, khobarnya pun
harus mudzakar begitu juga sebaliknya. Maksud bilangannya sesuai adalah
apabila mubtada’ nya mufrad, khobarnya pun juga mufrad. Mufrad ( tunggal
), mutsanna ( ganda ), jamak lebih dari tiga ( plural ).
- Mubtada’ berada di awal kalimat tidak di
dahului oleh Khobar, dalam susunan Jumlah Ismiyah Mubtada’ harus berada di
awal kalimat dan dilanjutkan dengan khobar dan Khobar berfungsi sebagai
predikat atau untuk menjelaskan subyek diawal kalimat.
Apa itu
Jumlah Fi’liyah
Dari
materi Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah selanjutnya kita bahas
Jumlah Fi’liyah. Ini adalah kalimat yang diawali dengan فعل fi’il (kata kerja), kalimat ini terdiri dari fi’il (kata kerja)
danفاعل fa’il (subyek) serta مفعل به maf’ul bih (objek penderita) dan fi’il ini bisa menggunakan
Fi’il Madhi فعل ماضي (kata kerja lampau)
atau bisa juga dengan fi’il mudhoriفعل مضرع
(kata kerja yang sedang dilakukan).
Subyek
(fa’il) dalam jumlah fi’liyah ini bisa terlihat biasanya ditandai dengan nama
orang atau suatu benda, bisa juga tak terlihat biasanya jumlah fi’liyah seperti
ini terletak pada tengah paragraf karena dhomirnya sudah dijelaskan di awal
paragraf.
Fi’il
adalah suatu kata yang menunjukkan suatu perbuatan atau pekerjaan ditandai
dengan masa lampau فعل ماضي , sekarang atau yang
akan datang فعل مضرع , dan kata perintah فعل امر. Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak
setelah fi’il atau Fa’il adalah yang mengerjakan perbuatan sesuai fi’il (pelaku
perbuatan). Maf’ul bih adalah isim manshub atau yang terkena akibat perbuatan
si pelaku perbuatan.
Contoh Jumlah Fi’liyah
–
جلس احمد
(Ahmad telah duduk)
–
يأكل احمد الحبز
(Ahmad sedang memakan roti)
–
ضرب احمد
(Ahmad dipukul)
Dari
contoh di atas جلس menurut keterangan
waktu ini menunjukkan masa lampau atau فعل ماضي
(telah dilakukan) yang artinya telah duduk, dan jenisnya adalah fi’il lazim
(yang tidak memerlukan objek) tapi perlu adanya subyek dan kata Ahmad adalah
subyek/yang mengerjakan perbuatan. Kedua kata ini sudah termasuk kalimat yang
terdiri atas fi’il dan fa’il sehingga sudah jelas meskipun hanya dua kata.
يأكل
menurut keterangan waktu ini menunjukkan masa yang sedang dikerjakan atau فعل مضرع (sedang dilakukan) yang artinya sedang
makan, dan menurut jenis kata kerja ini disebut fi’il muta’adi (yang
membutuhkan objek), Ahmad sebagai fa’il (subyek) dan الحبز
ini sebagai (objek) atau maf’ul bih مفعل به,
apabila tidak terdapat obyek maka kalimat ini disebut tidak sempurna karena
kata يأكل adalah fi’il muta’adi yang berarti
membutuhkan objek.
ضرب kata
ini disebut fi’il majhul (kata kerja yang tidak disebutkan pelakunya atau tidak
disebutkan siapa yang melakukan) kata kerja pasif, maka kata Ahmad ini disebut
naibul fa’il (pengganti subyek) yang maka jika diartikan menjadi Ahmad dipukul.
Dari
contoh di atas dalam belajar Bahasa Arab materi Jumlah Ismiyah dan Jumlah
Fi’liyah ini, dapat kita ketahui apabila awal kalimat Jumlah Fi’liyah ini
di awali dengan kata kerja.
Ciri-Ciri Jumlah Fi’liyah
Berikut
adalah ciri – ciri Jumlah Fi’liyah dalam Bahasa Arab.
- Berawalan kata kerja ( فعل ), baik fi’il madhi (kata kerja
lampau), fi’il mudhori (kata kerja sekarang atau yang akan datang), dan
fi’il amr (kata perintah).
- Mengandung makna perbuatan,
pekerjaan, atau apa yang dilakukan.
- Mengandung keterangan waktu seperti
yang dijelaskan pada poin a baik masa lampau, sekarang ataupun yang akan
datang
- Terdiri atas susunan فعل (kata kerja), فاعل (pelaku/yang mengerjakan) ataupun مفعل به (akibat dari yang dikerjakan).
Perbedaan Jumlah
Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah
Dari penjelasan di atas
beberapa perbedaan yang terdapat dalam Jumlah Ismiyah dan Jumlah
Fi’liyah di antaranya sebagai berikut.
- Jumlah Ismiyah didahului oleh isim atau kata benda, sedangkan
jumlah fi’liyah didahului oleh fi’il atau kata kerja
- Struktur atau susunan dalam jumlah Ismiyah terdiri atas Mubtada’
dan Khobar, sedangkan susunan kalimat pada jumlah fi’liyah terdiri atas
fi’il (kata kerja), fa’il (subyek/pelaku yang mengerjakan) dan maf’ul bih
(obyek yang dikerjakan).
- Jenis serta jumlah mubtada’ wajib sama dengan Khobar, sedangkan
untuk fi’il wajib tetap mufrad ketika fa’il jumlahnya lebih dari satu atau
selain mufrad.
الجُمْلَةُ الفِعْلِيَّة
(الفِعْلُ + الفَاعِل) |
الجُمْلَة الاِسْمِيَّة (مُبْتَدَأَ + خَبَرٌ) |
صَلَّي / يُصَلِّي المُسْلِمُ |
المُسْلِم مُجْتَهِدُ |
صَلَّي / يُصَلِّي المُسْلِمَانِ |
المُسْلِمَانِ مُجْتَهِدَانِ |
صَلَّي / يُصَلِّي المُسْلِمُوْنَ |
المُسْلِمُوْنَ مُجْتَهِدُوْنَ |
صَلَّت / تُصَلِّي المُسْلِمَةُ |
المُسْلِمَةُ مُجْتَهِدَةٌ |
صَلَّت / تُصَلِّي المُسْلِمَتَانِ |
المُسْلِمَتَانِ مُجْتَهِدَتَانِ |
صَلَّت / تُصَلِّي المُسْلِمَاتْ |
المُسْلِمُوْنَ مُجْتَهِدُوْنَ |
يُمَارِسُ
سُؤَالُ (Latihan
soal)
عَيِّن الجُمْلَة الفِعْلِيّة وَالجُمْلَة
الِاسْمِيّة مِن الجُمَل الآتِيَة
Tentukan jumlah
fi’liyah dan jumlah ismiyah dari jumlah berikut
1.
الدّينُ هُوَ
مَجْمُوعَةٌ مِنْ القَوَاعِدِ
2.
يَتَعَبَّدُ
المَسِيحِيُّوْنَ فِي الكَنِيسَةِ
3.
تُوْجَدُ فِي
إِنْدُوْنِيسِيَا خَمْسَةُ أَدْيَانٍ
4.
يَتَزَيَّنُ مَسْجِدُ
الاِسْتِقْلَالِ بِاَلْقُبَّةِ الكَبِيْرَةِ
5.
المُسْلِمُ
المُجْتَهِدُ يُصَلِّي جَمَاعَةً فِي المَسْجِدِ
Tidak ada komentar